BAB 1
Apa Itu Belajar?
B
|
elajar (learning) adalah salah satu topik paling
penting di dalam psikologi dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk didefiinsikan.
Ameriscans Heritage Dictionary mendefinisikan “To gain knowledge,
comprehension, or mastery trough experience of study. Namun kebanyakan psikolog
menganggap definisi ini tidak dapat diterima pasaslnya terdapat isitilah samar
seperti pengetahuan,pemahaman, dan penguasaan. Definisi lain adalah yang
dikemuakakan oleh Kimble (1961, h. 6) bahwa belajar sebagai perubahan yang
relatif permanen di dalam potensi behavioral yang terjadi akibat dari praktik
yang diperkuat. Namun definisi ini pun tidak dapat diterima secar universal.
Belajar diukur berdasarkan
perubahan dalam perilaku, dalam aarti hasil belajar harus selalu diterjemahkan
dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Kedua, perubahan behavioral
ini relatif permanen. Artinya hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga
perubahan perilaku tidak selalu secara langsung setelah proses belajar selesai.
Keempat perubahan perilaku berasal dari latihan dan pengalaman. Kelima
penglaman dan latihan harus diperkuat. Artinya hanya respon yang menyebabkan
penguatan yang dipelajari.
APAKAH
BELAJAR PASTI MENGHASILKAN PERUBAHAN PERILAKU?
Sebuah ilmu pengetahuan
memerlukan pokok persoalan yang dapat diamati, di ukur dan dalam psikologi
adalah perilaku. Namun bukan berarti belajar merupakan sebuah perilaku. Kita
mempelajari perilaku sehingga dapat mengambil kesimpulan mengenai proses yang
diyakini merupakan sebab dari perubahan perilaku yang kita llihat. Dalam kasus
ini, dinamakan belajar. Proses dari belajar tidak dapat dipelajari secara
langsung. Hakikatnya hanya dapat disimpulkan dari perubahan perilaku. Menurut
B. F. Skinner perubahan merupakan proses belajar itu sendiri dan tidak perlu
lagi ad proses lain yang harus disimpulkan.
Kebanyakan teoritisi belajar
memandang belajar sebagai proses yang memperantai perilaku. Belajar adalah
sesautu yang timbul dari pengalaman dan mendahului perubahn perilaku. Dalam
kerangkka ini belajar sebagai variabel pengintervensi, artinya proses ini
diasumsikan terjadi diantara stimuli dan respon yang diamati. Variabel
independen menyebabakan perubahan dalam proses belajar yang akan menimbulakan perubahan perubahan
dalam perilaku.
Seberapa Permanen Relatif Permanen itu?
Penerimaan kualifikasi “relatif
ppermanen” dalam definisi belajar akan menentukan apakah proses sensitasi dan habituasi
diterima sebagai contoh dari belajar. Sensitasi adalah proses dimana sebuah
organisme terhadap aspek tertentu di lingkungannya. Sedangkan habituasi adalah proses diaman suatu organisme menjadi
kurang responsif terhadao lingkungannya.
Belajar dan Performa/Tindakan
Seperti yang telah dijelaskan di
atas, hal-hal yang dipelajari mungkin tidak akan dimanfaatkan secara langsung.
Kita ambil contoh misalnya seoran atlet, mungkin belajar posisi tertentu atau
dengan melihat tayangan di televisi dan mendengarkan penjelasan dari pelatih
selama kurun waktu seminggu, namun mereka mungkin tidak menerapkan proses
belajar itu ke dalam perilaku sampai tiba waktunya bertanding. Jadi disimpulkan
bahwa potensi untuk bertindak secara berbeda adalah berasal dari belajar,
meskipun perilakunya mungkin tak dipengaruhi dengan segera.
Mengapa Kita Mengacu pada Praktik atau Pengalaman?
Perilaku yang lebih sederhana
adalah hasil dari sebuah refleks. Sebuah refleks didefinisikan sebagai respon
pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu.
Perilaku yang kompleks adalah warisan genetis, maka perilaku itu akan disebut
sebagai contoh dari insting. Ini adalah pola kompleks yang disimpu lkan oleh
para psikolog. Karena istilah instingsif (instincsive) ditawarkan sebagai
seabagai penjelasan mengenai perilaku spesies-spesifik
(Hinde & Tinbergen, 1958) karena istilah itu lebih bersifat deskriptif.
Perilaku spesies-spesifik adalah pola kompleks yang relatif tidak bisa
dimodifikasi yang dilakukan oleh binatang spesies dan situasi apapun. Tetapi
muncul kontroversi apakah perilaku spesies-spesifiksepenuhnya ditentukan oleh
bawaan organisme ataukah dibantu melalui proses bealajar. Sebagai contoh burung
yang terbang mereka dapat langsung terbang ataukah belajar terbang lebih
dahulu? Namun ada beberapa contoh yang menunjukan perilaku kompleks yang
jelas-jelas tidak dipengaruhi oleh belajar. Misalnya tupai yang mengubur kacang
dalam tanah dan lain-lain. Riset lainnya mendukung pendapat bahwa perilaku
spesies-spesifik adalah dipelajari sekaligus bawaan. (Hess, 1958; Lorentz,
1952, 1965, 1970; Thorpe, 1963).
Pembentukan keterikatan antara
organisme dengan objek environmental dinamakan imprinting (penanaman) yang
diketahui hanay terjadi pada satu critical period (periode kritis). Melalui
imprinting kita tahu ada kombinasi anatara perilaku hasil belajar dan naluriah.
Studi tentang imprinting menimbulkan pertanyaan. Jika satu organisme melakukan
satu pola tindakan yang kompleks namun bukan berasal dari pengalaman, maka
tindakan itu tidak bisa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.
Apakah Belajar Berasal dari Jenis Pengalaman
Spesifik?
Belajar berasal dari praktik yang
dioerkuat. (Kimble, 1961) Pada poin ini, ada perbedaan pendapat di kalangan
ahli teori belajar. Dalam satu pengertian, buku ini adalah usah untuk mengulas
berbagai macam interpretasi sifat sifat dan arti penting dari penguatan.
Krenanya, subyek inilah yang akan sering kita jumpai.
Definisi Belajar yang Dimodifikasi
Belajar adalah perubahan perilaku
atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman lain
dan tidak bisa dinisbabkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer)
seperti keadaan yang yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.
Definisi ini menekankan pentingnya pengalaman, juga mengingatkan kita bahwa
pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bukan tindak belajar yang bisa
memodifikasi perilaku. Keletihan adalh satu contohnya.
APAKAH ADA
PERBEDAAN ANTARA JENIS-JENIS BELAJAR?
Belajar adalah istilah umum yang mendeskripsikan
perubahan potensi perilaku yang bearsal dari pengalaman. Akn tetapi,
conditioning adalah istilah yang spesifik yang dipakai untuk mendeskripsikan
prosedur aktual yang dapat memodifikasikan perilaku. Ada 2 enis
conditioning/pengkondisian.
Pengkondisian Klasik
Ringkasan pengkondisisan sebagai berikut:
1.
Stimulus
yang menyebabkan reaksi natural yang dinamakan unconditional stimulus (US).
Reaksi natural dan otomatis terhadap US ini dinamakan unconditional response(UR).
2.
Suatu
stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR), seperti cahaya. Stimulus
netral ini dinamakan conditioned stimulus
(CS).
3.
Setelah
CS dan US dipasangkan beberapa kali dengan CS selalu mendahului US, kemudian
disajikan CS saja.
Pengkondisian Instrumental
Dalam pengkondisian instrumental
organisme harus bertindak dengan cara tertentu sebelum perilaku diperkuat,
yakni penguatan penguatan bergantung pada organisme. Percobaaan kecil yang
dinamakan Skinner box sering digunakan untuk menunjukkan pengkondisian ini.
Kotak itu adalah sangkar plexigas dengan lantai. Jenis khusus dari
pengkondisian ini antara lain adalah pengkondisian pelarian dan pengindaran.
Teoritisi menyadari bahwa
membatsi diri pada riset pengkondisian instrumental dan klasik saja tidak akan
membuat mereka memahami area penglaman manusia yang jauh lebih luas. Adalah
lebih realistis untuk mengasumsikan ada 8 jenis tindak belajar. Itu menurut
Gagne, yang percay bahwa jenis belajar ini tersususn dalam heirarki, dimana
satu jenis belajar merupakan persyaratan untuk jenis selanjutnya. Jadi
menurutnya, pengkondisian sederhana hanya menyediakan basis untuk jenis belajar
yang lebih maju.
BELAJAR DAN
SURVIVAL
Tubuh kita mengembangkan
kapasitas untuk merespons secar otomatis beberapa kebutuhan tertentu. Misalnya
bernafas, dan jika suhu tubuh terlalu tinggi atau rendah, tubuh akan segera
menyeuaikan. Penyesuaian ini dinamaka homeostatic mechanism. Meskipun mekanisme
ini jelas penting bagi survival namau tidak akan bertahan lama jika hanya bergantung
padanya untuk memnuhi kebutuhan kita.
Proses belajar ini memungkinkan
organisme menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Secar umum melalui
pengkondisian klasiklah kita dapat mempelajari objek lingkungan mana yang
kondusif bagi survival dan mana yang tidak. Nilai adaptif dari pengkondisian
klasik ditunjukkan oleh fakta bahwa biasanya membutuhkan beberapa pasangan
antara CS dan US sebelum pengkondisian klasik terjadi.
Apabila kita menganggapp
pengkondisian Palovial sebagai semacam analis prediktif, kita bahkan bisa
melihat manfaat dalam fakta bahwa pengkondisisan ini membutuhkan sejumlah
perpaduan CS-US sebelum terbentuk asosiasi. Misalkan kita belajar sesuatu
setelah satu pasang CS dan US terjadi. Jika kita melakukannya, stimlus yang
secara insidental telah terjadi lebih dahulu, misalnya setrum listrik, akan
menghasilkan ketakutan yang terkondisikan. Karena selalu ada beberapa stimulus
di suatu tempat saat terjadi setrum (kejadian buruk), kita mungkin akan
berjalan di tempat itu dengan rasa takut. Akan tetapi, jika pengkondisian
membutuhkan pasangan yang lebih banyak (multiple), maka kemungkinan munculnya
rasa takut dan maladitif ini akan hilang. (Scwartz, Wasserman, dan Robbins; h.
71)
UNTUK APA
MENGKAJI PROSES BELAJAR?
Pemahaman tentang proses belajar
akan membantu menambah wawasan kita bukan hanya tentang perilaku normal dan
perilaku abnormal. Ada hubungan erat antara prinsip belajar dengan praktik
pendidikan. Penggunaan proses belajar terprogram mesin pembelajaran, dan
instruksi dengan bantuan komputer adalah contoh dari bagaimana riset tentang
bagaimana proses pembelajaran bisa berpengaruh terhadap praktik pengajaran.
Disimpulkan bahwa setelah pengetahuan tetntang proses belajar semakin
bertambah, praktik pendidikan akan semakin efisien dan efektif.
STUDI
SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
Apakah Ilmu Pengetahuan (Sains) itu?
Ilmu pengetahuan (science)
mengombinasikan tentang dua pandangan kuno tentang asal usul pengetahuan. Salah
satunya yang dinamakan rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme menyatakan
bahwa seseorang mendapatpenegtahuan dengan cara berfikir, atau bernalar.
Sedangkan empirisme menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basis dari semua
pengetahuan. Ilmu pengetahuan mengombinasi dua pikiran tersebut karena
menghasilkan perangkat epistemologis yang kuat. (Hergenhahn dan Olson).
Aspek-aspek Teori
Dalam dunia ilmiah, empirisme dan
rasionalisme menaytu dalam scientific theory. (Hergenhahn & Olson, 2003, h.
11) Teori ilmiah engandung aspek penting. Pertama, sebuah teori memiliki aspek
formal yang mencangkup kat dan simbol dalam yang ada dalam teori. Kedua, sebuah
teori memiliki aspek empiris yang mengandung peristiwa-peristiwa fisik yang
hendak dijelaskan.
Namun perlu diingat, bahwa
betapapun abstrak dan kompleksnya sebuah teori ia akan berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa fisik yang diamati. Kaidah ilmiah dapat didefinisikan
sebagai hubungan antar dua atau lebih kelompok kejadian yang terlihat. Semua ilmu pengetahuan berusaha menangkap
kaidah atau hukum tersebut.
Dari Riset Hingga Teori
Untuk contoh umum dari teori
dalam psikologi kita dapat merujuk ke riset yang meneliti hubungan antara
penyingkiran makanan dan tingkat belajar, dengan makanan sebagai penguat. Dalam
kasus ini tingkat belajar akan diindeks dengan jumlah pecobaan yang diberikan
kepada hewan untuk beajar.
Walaupun tujuan ilmu pengetahuan
adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati antaarkejadian)
penelitian ilmiah tak cukup hanya mengamati dan mencatat banyak hubungan empiris.
Ilmuan biasanya memahami suatu hukum yang mereka temukan artinya mereka
mengelompokkan secara koheren. Pengelompokkan ini memeliki dua fungsi yakni
pertama synthesizing function yang berusaha menjelaskan secara sistematis
sejumlah observasi. Kedua, heuristic function yang menunjukkan jaan riset
selanjutnya.
Teori sebagai Alat
Karena teori hanya sebauah alat
riset maka ia tidak dapat dikatakan bahwa ia benar atau tidak, bisa dikatakan
berguna atau tidak berguna. Jika sebuah teori menjelaskan berbagai observasi
dan jika teori itu memicu riset lanjutan maka teori itu bagus. Sehingga jika
hipotesis yang dihasilkan dari teori itu diterima maka teori itu kuat. Namun
sebaliknya jika ditolak maka teori tersebut harus direvisi ulang atau bahkan
ditinggalkan. Apakah nantinya teori itu diterima, direvisi atau ditinggalkan,
ditentukan dari hasil riset empiris yang dipicu oleh teori tersebut. Jadi kita
melihat bahwa teori harus terus menerus menghasilkan hipotesis dasar yang
mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.
Prinsip Persimoni
Salah satu karakteristik dari ilmu pengetahuan
adalah ia hanya berhubungan dengan pernyataan yang secara prinsip dapat
diverifikasi. Karakteristik lain yaitu ia mengikuti prinsiple of parsimony. Prinsip ini menyataka bahwa ketika dua
teori yang sama efektifnya dapat menjelaskan fenomena yang sama, tetapi salah
satu penjealasannya adalah lebih sederhana dan yang satunya lebih kompleks,
maka kita harus menggunakan penjelasan yang lebih sederhana.
EKSPERIMEN
BELAJAR
Setiap eksperimen melibatkan sesuatu yang
perubahannya diukur, yakni dependent variable dan sesuatu yang dikontrol oleh
eksperimenter, yakni independent variable. Tingkat belajar didefinisikan secara
operasional. Dalam eksperimen belajar, definisi opersionalnya mengindikasikan
jenis perilaku yang akan dipakai untuk membuat indeks belajar.
Keputusan Arbiter dalam Menentukan Eksperimen
Belajar.
Aspek Apa dari Proses Belajar
yang Harus Diteliti?Seseorang dapat mengkaji tindak belajar dalam laboratorium
atau mengamati proses belajar atau mengamati proses belajar di kelas melalui
observasi. Meskipun teori belajar bertujaun menentukan kondisi-kondisi tempat
proses beajar berlangsung, pemilihan kondisi yang akan diinvestigasi akan
ditentukan sendiri oleh eksperimenter.
Teknik Ideografis vs. Nemotetis. Haruskah periset
secar intensif mempelajari proses belajar dari suatu eksperimen di dalam bebgai
situasi (teknik ideografis) ataukah mereka haus menggunakan kelompok subjek
eksperimental dan meneliti performa rata-rata mereka (nemotetsi teknik)?
Meskiun berbeda kedua teknik itu diakui luas dan menghasilkan informasi yang
signifikan tentang proses belajar.
Subjek Manusia vs. Subjek Hewan Nonmanusia. Ada
banyak alasan mengapa periset memilih menggunakan nonmanusia meski pilihan ini
menemui sejumlah kesulitan. Pertama, pemgalaman manusia sebelumnya bisa
mempengaruhi kajian mengenai proses belajar. Kedua, eksperimen yang berlangsung
lama menimbulkan kebosanan. Ketiga, beberapa eksperimen didesain untuk menguji
efek dari genetika terhadap kemampuan belaja. Dengan menggunakan subjek
nonmanusia, latar belakang dari subjek tersebut dapat dimanipulasi secar
sistematis.
Teknik Korelasi vs. Teknik Eksperimental
Mengkorelasikan belajar dengan kecerdasan, langkah
ini mengkorelasika satu respon, hubungan yang dihasilkan disebut R-R (hukum
respon-respon). Hukum R-R adalah korelasional karena ia mendeskripsikan
bagaiman dua kejadian behavioral bervariasi bersama-sama. Lainnya mungkin
menggunakan teknik eksperimental. Teknik ini secara sistematis memvarisaikan
satu lebih kejadian lingkungan dan mencatat efek pada variabel terikat.
Variabel Bebas (Independen) Mana yang Harus Dikaji?
Jika belajar secara operasional didefinisikan sebagai : “trials to criterion”
maka ini yang akan diukur dalam eksperiimen. Kemudian periset hat=rus
mengajukan pertanyaan “Apa variabel yang mungkin mempengaruuhi perilaku yang
sedang diteliti?”
Seberapa Banyak Level Bebas yang Akan Diteliti?
Setelah satu atau lebih variabel bebas dipilih, periset harus menentukan berapa
banyak level variabel bebas yang mesti direpresentatifkan dalam eksperimen.
Memilih Variabel Bebas. Variabel bebas yang umum
dalam eksperimen belajar antara lain:
Skor atau nilai tes/ujian
Trials to criterion
Trials to extinction
Latensi
Kecepatan lari
Probabilitas respon
Tingkat respons
Jumlah kesalahan
Waktu untuk menemukan solusi
Besaran respon
Analis dan Interpretasi Data. Setelah eksperimen
didesain, dilaksanakan dan dianalisi, ia harus diniterpretasikan. Banyak cara
interpretasi data dalam eksperimen, namun sulit menentukan mana yang terbaik.
Dimungkinkan bahwa sudah mengikuti prosedur ilmiah, interpretasi atas data itu
bisa saja tidak memadai.
Perlu dicatat, bahwa mwskipun
kita mengatakan bahwa keputusan diambil secara arbiter, namun itu hanya dalam
pengertian bahwa ada swjumlah cara menata eksperimen dalam area tertentu.
Faktor yang menentukan ini yakni seperti biaya, alasan kepraktisan, orientasi
teoritis, perhatian sosial, dan ketersediaan perangkat riset.
PENGGUNAAN
MODEL
Random House Dictionary of the English
Language mendefinisikan analogi sebagai kemiripan parsial antara ciri-ciri yang
serupa dari dua hal, yang bisa dijadikan dasar perbandingan.
Berbeda dengan teori, sebuah model biasanya tidak
dipakai untuk menjelaskan masalah rumi, model dipakai untuk menunjukkan
bagaimana sesuatu itu seperti yang lain. Tetapi penguatan, misalnya adalah
usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar terjadi. Namun, beberda dengan
model, teori tidak menjelaskan seperti apa belajar itu?
BELAJAR DALAM LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI
NATURALISTIS
Ingat bahwa ilmu pengetahuan berurusan dengan
pernyataan yang diverifikasi melalui eksperimen. Beberapa dengan observasi
naturalis, dimana periset tidak punya kontrol atas hal-hal yang sedang diamati,
sebuah eksperimen didefinisikan sebagai observasi terkontrol.Keuntungannya
aalah eksperimenter dapat mengontrol situasi bisa mengontrol secar sistematis
sejumlah kondisi yang berbeda efeknya terhadap belajar. Kekurangannya adalah
laboratorium menciptakan situasi artifisial yang sangat berbeda dengan situasi
yang terjadi secara alamiah.
PANDANGAN
KUHN TENTANG BAGAIMANA ILMU PENGETAHUAN BERUABAH
Dalam buku The Structure of Scientific Revolution
(1973) Thomas Kuhn (1922-1996) menyajikan pandangan yang berbeda mengenai ilmu
pengetahuan.Menurutya, ilmuan yang bekerja di bidang tertentu biasanya menrima
sudut pandang tertentu tentang apa-apa yang dipelajari. Kuhn menyebut sudut
pandang yang dianut bersam sejumlah ilmuan ini sebagai paradigma yang
menyediakan kerangka umum untuk riset empiris dan biasanya tidak sekadar teori
belaka.
Aktivitas ilmuan yang menerima paradigma tertentu
dalah mengolaborasikan dan memverifikasi implikasi dari kerangka yang dipakai
untuk sebuah subjek yang diteliti. Denagn kat lain, sebuah paradigma adalah
cara memandang suatu objek yang menjelaskan problem tertentu dan menunjukkan
cara penyelesaiannya. Lalu bagaimana paradigma itu bisa muncul? Menurut Kuhn,
inovasi dalam ilmu pengetahuan terjadi jika ilmuan yang mengikuti paradigma
terus menerus berhadapan dengan kejadian yang tidak sesuai dengan sudut pandang
yang dianut.
PANDANGAN
POPPER TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Menurut Karl
Popper (1902-1994) aktivitas ilmuan ilmuan tidak berawal dari observasi
empiris, namun ia berasal dari adanya problem. Menurutnya problem akan menemukan
observai mana yang akan dilakukan oleh ilmuan. Langkah selanjutnya menurut
Popper adalah mengajukan solusi persoalan. Teori ilmuan adalah usulan solusi
atas problem. Popper bahkan mengkritik sejumlah teori karena tidak melewati tes
falsifikasi. Teori Freud misalnya, tidak memberiakn prediksi berisiko.
Kuhn vs. Popper
Menurut Popper apa yang disebut Kuhn sebagai ilmu
normal bukan ilmu pengetahuan sama sekali. Namun Popper, keyakinan subyektif
yang menurut Kuhn menghubungkan ilmuan dengan suatu paradigma akan menghambat
penyelesaian masalah secar efektif. Kuhn menekankan faktor sosiologis dan
osikologis, sedangkan analisa Popper menekankan penolakan logis atas solusi
problem yang diusulkan. Namun, apakah analisa dari keduanya adalah benar?
Robinson (1986) menujukkan bahwa keduanya bisa saja benar dan sepakat: ”Dalam
rangka mendamaikan perbedaan kita bisa menunjukkan bahwa perselisihan utama
antar Kuhn dan Popper akan hiang apabila kita memandang Kuhn mendeskripsikan
apa itu ilmu pengetahuan secar historis, dan memandang Popper menegaskan
seperti apakah itu ilmu pengetahuan itu seharusnya”. (h. 24)
Bab 3
Gagasan Awal
tentang Belajar
ENTIMOLOGI
DAN TEORI BELAJAR
E
|
ntimologi adalah cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan Plato dan Aristoteles tentang
hakikat pengetahuan telah mempengaruhi filsafat hingga sekarang. Plato percaya
bahwa pengetahuan adalah warisan dan merupakan komponen natural dari manusia.
Menurutnya seseorang mendapat pengetahuan dengan merenungi isi pikiran
seseorang. Sedangkan Aristoteles percaya bahwa pengetahuan berasal dari
pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi yang tidak diwariskan.
Filsafat plato
dan Aristoteles menunjukkan kesulitan dalam penggunaan istilah seperti
rasionalis, nativis, dan empirisis. Ketiga label ini bisa secara akurat
diterapkan untuk semua filsuf yang berhubungan dengan persoalansejarah teori
belajar. Menurut Plato pencairan atau kesadaran akan pengetahuan batin sering
dipicu oleh pengalaman indrawi.
Plato
(427-347 SM)
Adalah murid
Socrates (filsuf Yunani Kuno). Plato menyusun teori pengetahuan berdasarkan
gagasan Pythagorean bahwa hal-hal abstrak memiliki eksistensi tersendiri dan
berpengaruh.
Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato
setiap objek di dunia memiliki ide atau bentuk abstrak yang menyebabkannya.
Plato mengatakan bahwa kita mengalami dengan mata pikiran dan mengalihkan
pikiran ke dalam dan merenungi apa-apa yang ada di dalam diri kita. Semua
pikiran manusia mengandung pikiran dan pengetahuan yang lengkap tentang semua
ide yang membentuk dunia.
Bagaimana
seorang dapat memengaruhi pengetahuan tentang ide? Disini Plato menjadi mistis.
Semua manusia memiliki jiwa. Menurutnya, jika manusia menerima apa-apa yang
mereka alami lewat indera sebagai kebenaran, mereka hanya akan dampai pada
opini atau ketidaktahuan.
Seperti yang telah kita lihat, Plato
adalah naticis karena menganggap pengetahuan ini hanya dapat diketahui melalui
pikiran atau penalaran.
ARISTOTELES
(384-322 SM)
Adalah salah
satu murid Plato, pada awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda
pemikiran. Perbedaan dasar ini adalah dalam sikap mereka terhadap informasi
indrawi. Bagi Plato itu adalah halangan dan merupakan sesuatu yang tidak bisa
dipercaya. Namun, Aristoteles menganggap informasI adalah basis dari sebuah
informasi.
Dia menganggap
bahwa kesan indrawi adalah awal daei pengetahuan-pikiran kemudian harus
merenungi kesan ini untuk menemukan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Ada dua
perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dengan Aristoteles. Pertama,
hukum, bentuk atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki
eksistensi yang independen seperti yang diasunsikan Plato.
Dalam
menjelaskan teori pengetahuan empiristik ini Aristoteles merumuskan law of
association. Dia mengatakan bahwa pengalaman cenderung menimbulkan ingatan akan
hal-hal yang pada awalnya dialami bersama dengan objek tersebut. Aristoteles
juga memberikan beberapa kontribusi bagi psikolog. Dia menulis sejarah
psikologi yang diberi judul De Anima. Dia menulis tentang indera manusia.
AWAL PSIKOLOGI MODERN
Rasa
Descartes (1596-1650) mangkaji penelitian
filsafat dengan sikap ragu. "Saya bisa meragukan segalanya, kecuali satu
hal yakni fakta bahwa saya itu ragu. Namun ketika saya ragu, saraguya berpikir
dan saat saya berpikir saya pasti adada." Dari sini kemudian berusaha
membuktikan eksistensi Tuhan. Descartes kemudian mempostulatkan pemisahan
antara pikiran dan tubuh. Dia memandang tubuh manusia sebagai mesin yang
geraknya dapat diprediksi. Dengan membandingkan tubuh manusia dengan mesin
Descartes menjadikan tubuh dapat diakses untuk studi ilmiah.
Thomas Hobbes
(1588-1679) menetang gagasan bahwa ide bawaan adalah sumber
pengetahuapengetahuan. Dia berpendapat bahwa kesan indera adalah sumber dari
semua pengetahuan. Dengan keyakinan ini, Hobbes membuka kembali mazhab filsafat
empirisme dan asosiasionisme. Dia percaya bahwa stimuli dapat membantu atau
menghambat fungsi vital dari tubuh yang membantu pelaksanaan fungsi vital tubuh
akan menyebabkan perasaan senang.
John Locke (1632-1704)
menentang ide-ide bawaan. Menurutnya pikirsn terdiru dsri ide, dan ide datang
dari pengalaman. Dia menunjukkan bahwa ide adalah bawaan, mska orang
dimana-mana akan memilikinya namun nyatanya tidak.
Meskipun Locke tidak menggunakan istilah
dengan cara seperti itu, namun kualitas primer sering dipakai untuk menyebut
objek fisik dan kuitas sekunder dipakai untuk setiap pengalaman psikologis yang
tidak punya padanan pasti dalam dunia fisik.
George
Berkeley (1685-1753) mengkliam bahwa Locke tidak
melangkah cukup jauh. Masih ada semacam dualisme pandangan dalam pandangan
Locke yang mengatakan bahwa objek fisik menimbulkan ide-ide tentang objek
tersebut. Dia berpendapat bahwa ada dunia empiris dan kita punya ide itu. Dia
mengklaim bahwa kita hanya bisa merasakan kualitas sekunder.
David Hume (1711-1776)
mengemukakan argumen selangkah lebih maju. Meskipun sepakat dengan Berkeley
bahwa kita tak bisa merasa pasti tentang lingkungan fisik, ia menambahkan bahwa
kita tidak tahu juga tentang pastinya ide. Menurut Hume, tak lebih dari arus
ide, memori imsjinasi, asosiasi, dan perasaan.
Immanuel Kant
(1724-1804) mengatakan bahwa Hue telah mendasarkannya dari kepastian dogmatik
dan menyebabkannya berusaha menyelamatkan filsafat dari skeptisisme Hume. Kant
berusaha mengoreksi ciri-ciri nonpraktis dari rasionalisme dan empirisisme.
Kant menganggap
bahwa analisis yang cermat terhadap pengalaman akan mengungkapkan kategorI
pemikiran tertentu. Kant menunjukkan bahwa kita memandang punya gagasan seperti
kualitas, kesatuan, dan totalitas, namun kita tidak pernah sperti yang
dikatakan Hume mengalami hal-hal ini secara empiris.
John Stuart Mill
(1806-1873) terganggu oleh pendapat dari asosiasionis awal seperti Hobbies dan
Locke yang mengatakan bahwa ide-ide kompleks tak lain adalah kombinasi dari ide
sederhana. Mill memodifikasi pebdapat empiris bahwa senua ide meredfleksikan
stimulasi indrawi.
PENGARUH
HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Reid
(1710-1796) menentang elementisme dari empirisis, namun tangannya mengambil
bentuk yang berbeda dengan penentangan John Stuart Mill. Reid percaya pikiran
memiliki kekuatan sendiri, yang sangat memengaruhi cara kita memandang dunia. Dia mengemukakan 27 fakultas pikiran
yang kebanyakan diantaranya adalah bawaan. Reid berpendapat bahwa Home yang
mengatakan bahwa yidak dapat mengetahui apa pun secara langsung tentang dunia
fisik adalah pandangan yang menggelikan.
Frans Joseph Gall
(1758-1828) membawa psikologi fakultas beberapa langkah lebih jauh. Belajar
menurut mereka berartuberarti memperkuat fakultas pikiran dengan melatih
bakat-bakat yang diasosiasikan dengannya. Keyakinan bahwa pelajaran tertentu
akan memperkuat fakultas tertentu dinamakan formal discipline yakni sebuah
konsep yang menyediakan jawaban bagaimana belajar ditransfer dari situasi ke
situasi lain.
Herman Ebbinghaus
(1850-1909) telah membebaskan psikologi dari filsafat dengan menunjukkan bahwa
proses mental yang lebih tinggi dari belajar dan memori dapat ditelitI secara
eksperimental. Dia menemukan bahwa setelah jumlah suku kata yang dikuasai
bertambah banyak dibutuhkan waktu yang lebih lama.
MAZHAB
PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab psikologi
pertama dan aliran ini didirikan oleh Wilhelm
Maximilian Wundt (1832-1920). Tujuannya mempelajaru kesadaran sebagaimana ia
dialami secara langsung dan mempelajari produk dari kesadaran seperti beberapa
pendapat kultural.
Namun menurut
Wundt psikologi eksperimental terbatas kegunaannya dalam mempelajari pijiran
manusia.
Strukturalisme
Edward Titchener
(1867-1927) mendiriksn aliran ini dengan melakukan studi sistematis atas
kesadaran manusia dan mencari unsur pemikiran. Seperi aliran Voluntarisme
aliran ini sama-sama mencari elemen pemikiran.
Sebagai aliran
psikologi strukturalisme berumur pendek dan mati. Banyak alasan mengapa aliran
ini dalam psikologi mati, namun yang uta mungkin adalah makin populernya
fungsionalisme.
Fungsionalisme
Digagas oleh William James (1842-1910) dalam bukunya
yang berjudul The prinsiple of Psikology. Selain James ada dua anggota gerakan
fungsionalis yang berpengaruh yakni John
Dewey (1859-1952) dan James R.
Angell (1869-1949)
Behaviorisme
Didirikan oleh John B. Watson (1878-1958) yang mengatakan
bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses introspeksi sebuah alat
riset yang tidak bisa diandalkan. Karena kesadaran tidak kesadaran tidak bisa
dipelajari secara realibel. Behaviorisme tidak dapat menemukan kesadaran dalam
tabng uji ilmu pengetahuannya. Dia tidak menemukan bukti adanya arus kesadaran,
bakan bukti dari apa yang dikatakakn secara meyakinkan oleh William James.
Teatp dia menemukan bukti yang meyakinkan dari aliran perilau. (h. 26)
Bab 4
Edward Lee
Thorndike
L
|
ahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Massachusetts,
putera kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia mengatakan bahwa belum pernah
mendengar atau melihat kata psikologi sampai ia masuk di Wesleyan Univeersity.
Pada saat itu dia membaca karya William James, Prinsiple of Psychology (1890)
yang amat tertarik dengannya.
RISET HEWAN
SEBELUM THORNDIKE
Pendapat Descartes bahwa tidak
ada manusia dan binatang berfungsi berdasarkan prinsip mekanis yang sama tidak
banyak menimbulkan penelitian anatomis terhadap binatang.
Dalam usaha mendeskripsikan
perilaku binatang secar objektif, Cowny Lloyd Morgan (1842-1936) memberi
nasihat kepada periset hewan dalam bukunya An Introductium to Comparative
Psychology (1891). Nasihat itu dikenal sebagi Morgan’s Canon yang berbunyi: “I’m no case may we interpret an action as
the outcome of the exercise of a higher psychial faculty, if it can be interpreted
as the outcome the exercise of one which stands lower in psycho-logical scale”.
(h. 53)
Margaret Floy Washburn (1871-1939) membawa studi
nonmanusia selangkah lebih dekat ke laboratprium. Washburn mengkaji eksperimen
indera perseptual dan mengambil kesimpulan tentang kesadran berdasarkan hasil
studi ini.
KONSEP
TEORITIS UTAMA
Koneksionisme
Thorndike menyebutkan asosiasi
antara kesan dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Dia cukup
berbeda dan dapat dianggap sebagai teori modern pertama
Pemilihan dan Pengaitan
Menurut Thorndike bentuk paling
dasar dari proses adalah trials-and-errors learning atau yang sering disebut
sebagai selecting and connecting.
Thorndike
mentebut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagau funfsi
dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem.
setiap kesempatan adalah coba-coba, dan upaya upaya percobaan berhentuberhenti
saat hewan menemukan solusi yang benar.
Belajar adalah
Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam (Insightful)
Thorndike
menyimpulkan bahwa belajar bersifat instrumental bukan insightful. Dengan kata
lain belajar dapat dilakukan dalam lanfkah kecil secara sistematis, bukan
langsung melompat ke lengertian yang mendalam.
Belajar tidak dimediasi oleh ide
Berdasarkan
riset yang dibuatnya, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung
dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur
tangan nalar dandalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung
dan pengautan dalam bajar.
Thorndike Sebelum 1930
Hukum Kesiapan
Law of readiness
yang dikemukakan Thorndike mengandung tiga bagian yakni, pertama apabila
sesuatu kondisi siap menyalurkan maka penyaluran dengannya akan memuaskan.
Kedua, apabika konduksi siap untik menyalurkan maka tidak menyalurkannya akan
menjengkelkan. Ketiga, apabila konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa
untuk menyalurkan maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Secara umum
dikatakan bahwa mengunterbensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan
frustasi, dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka
lakukan.
Hukum Latihan
Teori Thorndike
mencangkup hukum latihan ini twrdiri dari dua bagian yaitu pertama koneksi
antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Kedua koneksi
antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau
jika okatan neural tidak dipakai.
Law Effect
adalah penguatan atau pelemahab dari
suatu koneksi antara stimulus dan respon sebagau akibat dari konsekuensi daru
respon. Hukum ini berbeda jauh dengan teori asosiasionistik tradisional yang
mengklaim bahwa frekuensi kejadian atau kontinuitas merupakan penentu kekuatan
asosiasi.
Konsep Seminder Sebelum 1930
Respon Berganda
Menurut
Thorndike adalah langkah pertama dalam semua proses belajar. Respon ini mengacu
pada fakta bahwa jika respon pertama tidak memecahkan problem maka kita akan
mencoba respon lain. Menurutnya banyak proses belajar bergantung pada fakta
bahwa organisme cenderung tetap aktif sampai tercipta satu respon yang
memecahkan problem yang dihadapinya.
Prapotensi Elemen
Adalah apa yang
oleh Thorndike dinamakan "aktivitas parsial dari suatu situasi." Ini
mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur
perilaku.
Thorndike
mengakui kompleksitas lingkungan dan menyimpulkan bahwa kita merespon secara
selektif terhadap aspek lingkungan. Karenanya, cara kita merespon terhadap
situasi akan bergantung pada apa yang kita perhatikan dan respon apa yang kita
berikan untuk apa yang kita perhatikan.
Respon dengan Analogi
Apa yang
menentukan cara kita merespon suatu situasi yang belum pernah kita jumpai
sebelumnta? Jawaban Thorndike adalah respon dengan analogi yaitu kita
meresponnya dengan cara seperti kita merespon situasi yang mirip sepertI yang
pernah dijumpai. Thorndike mengemukakan sesuatu yang oleh banyak orang dianggap
sebagai tituk lenah, yakni fakta bahwa kita merespon situasi baru secar lancar,
sebagai bukti yang mendukung teorinya.
Pergeseran Asosiatif
Terkait dengan
teori Thorndike tentang elemen identik dengan training transfer. Prosedur untuk
menunjukkan pergeseran asosiatif dimulai dengan koneksi antara satu situasi
tertentu dan satu respon tertentu.
Asosiasi
bergeser daru satu stimulus ke stimulus lain karena prosedur itu memberi cukup
rlemen dari situasi sebelumnya untuk menjamin munculnya respon yang sama
terhadap stimulus yang baru.
Thorndike pasca 1930
Revisi Hukum Latihan
Thorndike secara esensial menarik
kembali hukum penggunaan atau latihan yang menyatakan bahwa repetisi saja sudah
cukup untuk memperkuat koneksi, ternyata tidak akurat.
Revisi Hukum Efek
Hukum ini separuh benar, separuh
dari yang benar itu adalah bahwa sebuah respon yang diikuti oleh keadaan yang
memuaskan akan diperkuat. Sedangan separuhnya, dia menemukan bahwa menghukum
suatu respon ternyata tidak ada efeknya terhadap koneksi.
Belongingness
Thorndike mengamati bahwa dalam
proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinyuitas dan hukum efek. Jika
elemen itu dimiliki bersama asosiasi yang dpelajari akan mudah di pertahankan.
Thorndike juga mengaitkan gagasan
tentang reaksi yang menginformasi dengan onsep belongingness. Dia berpendapat
bahwa jika ada hubungan natural antara keadaan yang dibutuhkan organisme dan
efek yang ditimbulkannya, maka proses belajar akan lebih efektif.
ILMU
PENGETAHUAN DAN NILAI MANUSIA
Thorndike mendapat kritikan
pasalnya ia mengasumsikan determinisme dalam studi perilaku manusia. Para
kritikus mengatakan bahwa mereduksi perilaku manusia menjadi reaksi otomatis
terhadap lingkungan akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.
PENDIDIKAN
MENURUT THORNDIKE
Dia percaya bahwa praktik
pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada hubungan erat antara
pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Dia berharap, akan
ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, semakin banyak
pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktik pengajaran.
EVALUASI
TEORI THORNDIKE
Kontribusi
Dengan hukum efeknya, Thorndike
adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang terkontrol bahwa
konsekuensi dari perilaku akan meghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku.
Thorndike adalah orang pertama
yang mem pertanyakan asumsi umum tentang praktik pendidikan pada masa itu.
Kritik
Jika probabilitas respon
meningkat itu diakatakan karena adanya keadaan yang memuaskan. Penjelasan teori
tersebut dianggap tidak memungkinkan untuk diuji karena kejadian yang sama
dipakai untuk mendeteksi baik itu proses belajar mauun keadaan memuasakan.
Kedua, terkait dengan cara hubungan S-R diperkuat
atau diperlemah. Thorndike mengkayal adanya pemikiran, perencanaan, strategi,
dan niat. Demikian pula, niat dan strategi pembelajar dianggap tidak pentting
bagi proses belajar.
Bab 8
Edwin Ray Guthrie
KONSEP
TEORITIS UTAMA
Saty
Hukum Belajar
Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang
dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan sebafai
penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contiguity yang
dinyatakan sebagai berikut: Kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan
cenderung diikuti oleh gerakan itu jika gerakan itu diulang.
Pendapat Guthrie Bahwa Respon Mengahadirkan Stimuli
untuk Respon
Selanjutnya
menjadi sangat populer di kalangan teoritisi.
Mengapa
praktik Latihan Meningkatkan Perform?
Tindakan
biasanya didefinisikan dalam term apa-apa yang dicapainya, yakni perubahan apa
yang mereka lakukan dalam lingkungan.
Suatu
keterampilan terdiri dari banyak tondakan dan tindakan terdiri dari banyak
gerakan. Hubungan antara satu perangkat stimuli dengan gerakan dikaji dalam
satu percobaan, namun proses belajar tidak melahirkan mahiran dalam menjalankan
suatu keahlian atau keterampilan.
Eksperimen
Guthrie-Horton
Secara
cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tindak melepaskan diri,dari kotak
teka-teki yang dilakukan kucing. Guthrie mengatakan bahwa pintu kotak
merupakanperubahan yang mendadak dalam kondisi yang menstimulasi.
Mereka berdua mengamati bahwa sering kali hewan
setelah bebeas dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya.
Lupa
Menurut Guthrie lupa dihasilkan oleh munculnya respon
alternatif dalam satu pola stimulus. Pola stimulus ini cenderung menghasilkan
respon baru. Jadi menurutnya, lupa pasti melibatkan proses belajar baru.
CARA MEMUTUS KEBIASAAN
Kebiasaan adalah respon yang menjadi asosiasi dengan
sejumlah besar stimulus. Semakin banyak stimuli yang menimbulkan respon,
semakin kuat kebiasaan.
Metode
Ambang
Adalah dengan memperkenalkan stimulus lemah yang
tidak menimbulkan respon dan kemudian pelan-pelan menaikkan intensitas stimulus
itu, tetapi selalu berhati-hati agar
tetap berada di bawah ambang batas respon.
Metode
Kelelahan
Contonya adalah gadis kecil membuat orang tuanya
kesal karena suka bermain menyalakan korek api. Saran Guthrie adalah membiarkan
sampai titik dimana Dia merasa kegiatan tersebut membosankan.
Merode
Respon yang Tidak Kompitabel
Dengan metode ini stimuli untuk merespon yangbtidak
kompitabel dengan reapon yang tidak diinginkan.
Membelokkan
Kebiasaan
Hukuman
Guthrie mengatakan hukuman ditentukan oleh apa
penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman
bekerja baik bukan karena adanya rasa sakit yang dialami individu, melainkan
mengubah cara individu merespon stimuli tertentu.
Dorongan
Merupakan apa yang dikemukakan oleh Guthrie yang
menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai.
Niat
Adalah respon yang dikondisikan ke maintaning
stimuli. Respon ini dinamakan niat karena maintaining stimulation dari dorongan
berlangsung selama periode tertentu. Jadi sekuensi perilaku yang mendahului
respon yang mengurangi dorobgan akan diulang ketika dorongan dengan stimuli
terkaitnya.
PENDAPAT GUTHRIE TENTANG
PENDIDIKAN
Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan
menyatakan tujuan yakni menyatakan respon apa yang harus dibuat untuk suatu
stimuli. Guthrie percaya bahwa pendidikan formal seharusnya menyerupai situasi
kehidupan nyata semirip mungkin.
Guthrie mendukung program magang atau mentoring dsn
mendorong pendekatan pertukaran pelajar untuk memperluas pengalaman belajar.
Teori
Gestalt
Setelah J. B. Watson behaviorisme marak dibkalangan
psikolog Ameeika dan sejak saat itu kebanyakan teoritisi besar, seperti
Guthrie, Skinner, dan Hull menjadi penganut behaviorisme.
Sebuah gerakan Gestalt muncul darmunculi pemikiran
Wertheimer ketika sedang naik kereta api menuju Rhineland. Dia memperdalam
gagasan yang muncul di kereta itu yakni jika mata melihat stimuli dengan cara
tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan, yang oleh Wertheimer
dinakan phi phenomenon yang sangat berpengaruh terhadap sejarah psikologi.
KONSEP
TEORITIS UTAMA
Teori
Medan
Kurt Lewin (1890-1947) salah satu
tokoh psikologogi Gestalt awal. Dia mengemukakan bahwa perilaku manusia pada
waktu tertentu ditentukan oleh jumlah total dari fakta psikologis pads waktu
tertentu. Menurutnya, fakta psikologis adalah segala sesuatu yang didasari
manusia, seperti rasa lapar, ingatan masa lalu, memiliki jumlah uang, berada di
tempat tertentu atay di depan orang lain.
Nature
versus Nurture
Behaviorisis cenderung melihat otak sebagai penerima
pasif terhadap sensasi yang gilirannya akan menghasilkan respon. Menurut
pendapat ini, otak adalah semacam papan penghubung yang kompleks.
Hukum
Pragnanz
Koffka (1963) mendiskripsikan hukum Pragnanz sebagai
berikut: "Penataan psikologis selalu baik yang diizinkan oleh lingkungan
pengontrolnya." (h. 110).
PRINSIP
BELAJAR GESTALT
Belajar
menurut Gestaltis adalah kognitif. Organisme mulai terlihat solusi setelah
memikirkan problem. Pembelajaran memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk
memecahkan problem dan mendapatkannya bersama dalam suatu cara dan kemudia ke
cara lain sampai problem terpecahkan.
PENDAPAT PSIKOLOGI GESTALT
MENGENAI PENDIDIKAN
Gentaltis berpendspat bahwa problem yang tak selesai
skan menimbulkan ambiguitas atau ketidak seimbangan organisasional dalam
pikiean siswa, dan ini adalah kondisi yang tidak diinginkan. Ambiguitas dilihat
sebagai keadaan negatif yang akan terus ada sampai problem terselesaikan.
Bruner dan Holt penganut gagasan gentaltian berpendapat
bahwa belajar adalah adalah memuaskan secara personal dan tidak perlu didorong
oleh penguatan eksternal. Ketika hal-hal yang dipelajari telah dipahami, bukan
hanya diingat, maka ia dapat dengan mudah diaplikasikan ke situasi yang baru
dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
Bab 16 Penutup
D
|
i
bab terakhir ini, kita akan membahas tren dalam teori belajar mutakhir. Hampir
segala sesuatu yang terjadi dalam teori belajar dewasa ini, dalam berbagai
perluasan dari salah satu teori belajar utama yang disajikan dalam buku ini.
TREN
TERBARU DALAM TEORI BELAJAR
Setidaknya ada 4 tren utama. Yakni, pertama teori
belajar saat ini lebih sederhana cakupannya. Kedua ada penekanan pada
neurofisiologi belajarbelajarengenai proses belajar berangkat dari pandangan
gerakan behavioristik. Ketiga, proses kognitif seperti pembentukan konsep,
pengambilan risiko, dan pemecahan masalh kembali menjadi topik studi yang
populer. Keempat, ada peningkatan perhatian terhadap aplikasi prinsip belajar
untuk solusi problem praktis.
BEBERAPA
PERNYATAAN TENTANG BELAJAR YANG BELUM TERJAWAB
Bagaimana
Belajar Bervariasi sebagai Fungsi Pendewasaan?
Apakah
Belajar Beegantung pada Penguatan?
Bagaimana
Belajar Bervariasi sebagau Fungsi Spesies?
Dapatkah
Beberapa Asosiasi Dipelajaru dengan Lebih Mudah Ketimbang Lainnya?
Bagaumana
Perilaku yang Dipelajari Berinteraksi dengan Perilaku Instingsif?
Bagaimana
Belajar Bervariasi sebagai FungsI dan Karakteristik Personalitas?
Sejauh
Mana Belajar adalah Fungsi dari Lingkungan Keseluruhan?
Bagaimana
Semua Pertanyaan di Atas Berhubungan dengan Tipe Belajar?
BELUM
ADA JAWABAN FINAL TENTANG PROSES BELAJAR
Tidak
ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi
fakta itu tidak perlu membuat putus asa, sebab dalam sains tidak pernah ada
jawaban final. Muncul pertanyaan apa artinya kita yang tertarik mempelajari
tentang belajar? Dalam menentukan perilaku manusia tidak ada proses yang lebih
penting ketimbang belajar dan jika begitu, maka salah satu upaya yang penting
yang bisa dilakukan seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri dari proses
belajar itu sendiri.