Judul Buku:    Theories of Learning

Penulis       :  B.R Hergenhah
Matthew H. Olson





BAB 1
Apa Itu Belajar?
B
elajar (learning) adalah salah satu topik paling penting di dalam psikologi dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk didefiinsikan. Ameriscans Heritage Dictionary mendefinisikan “To gain knowledge, comprehension, or mastery trough experience of study. Namun kebanyakan psikolog menganggap definisi ini tidak dapat diterima pasaslnya terdapat isitilah samar seperti pengetahuan,pemahaman, dan penguasaan. Definisi lain adalah yang dikemuakakan oleh Kimble (1961, h. 6) bahwa belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam potensi behavioral yang terjadi akibat dari praktik yang diperkuat. Namun definisi ini pun tidak dapat diterima secar universal.
Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku, dalam aarti hasil belajar harus selalu diterjemahkan dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Kedua, perubahan behavioral ini relatif permanen. Artinya hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga perubahan perilaku tidak selalu secara langsung setelah proses belajar selesai. Keempat perubahan perilaku berasal dari latihan dan pengalaman. Kelima penglaman dan latihan harus diperkuat. Artinya hanya respon yang menyebabkan penguatan yang dipelajari.
APAKAH BELAJAR PASTI MENGHASILKAN PERUBAHAN PERILAKU?
Sebuah ilmu pengetahuan memerlukan pokok persoalan yang dapat diamati, di ukur dan dalam psikologi adalah perilaku. Namun bukan berarti belajar merupakan sebuah perilaku. Kita mempelajari perilaku sehingga dapat mengambil kesimpulan mengenai proses yang diyakini merupakan sebab dari perubahan perilaku yang kita llihat. Dalam kasus ini, dinamakan belajar. Proses dari belajar tidak dapat dipelajari secara langsung. Hakikatnya hanya dapat disimpulkan dari perubahan perilaku. Menurut B. F. Skinner perubahan merupakan proses belajar itu sendiri dan tidak perlu lagi ad proses lain yang harus disimpulkan.
Kebanyakan teoritisi belajar memandang belajar sebagai proses yang memperantai perilaku. Belajar adalah sesautu yang timbul dari pengalaman dan mendahului perubahn perilaku. Dalam kerangkka ini belajar sebagai variabel pengintervensi, artinya proses ini diasumsikan terjadi diantara stimuli dan respon yang diamati. Variabel independen menyebabakan perubahan dalam proses belajar  yang akan menimbulakan perubahan perubahan dalam perilaku.
Seberapa Permanen Relatif Permanen itu?
Penerimaan kualifikasi “relatif ppermanen” dalam definisi belajar akan menentukan apakah proses sensitasi dan habituasi diterima sebagai contoh dari belajar. Sensitasi adalah proses dimana sebuah organisme terhadap aspek tertentu di lingkungannya. Sedangkan habituasi  adalah proses diaman suatu organisme menjadi kurang responsif terhadao lingkungannya.
Belajar dan Performa/Tindakan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, hal-hal yang dipelajari mungkin tidak akan dimanfaatkan secara langsung. Kita ambil contoh misalnya seoran atlet, mungkin belajar posisi tertentu atau dengan melihat tayangan di televisi dan mendengarkan penjelasan dari pelatih selama kurun waktu seminggu, namun mereka mungkin tidak menerapkan proses belajar itu ke dalam perilaku sampai tiba waktunya bertanding. Jadi disimpulkan bahwa potensi untuk bertindak secara berbeda adalah berasal dari belajar, meskipun perilakunya mungkin tak dipengaruhi dengan segera.
Mengapa Kita Mengacu pada Praktik atau Pengalaman?
Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari sebuah refleks. Sebuah refleks didefinisikan sebagai respon pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Perilaku yang kompleks adalah warisan genetis, maka perilaku itu akan disebut sebagai contoh dari insting. Ini adalah pola kompleks yang disimpu lkan oleh para psikolog. Karena istilah instingsif (instincsive) ditawarkan sebagai seabagai penjelasan mengenai perilaku spesies-spesifik (Hinde & Tinbergen, 1958) karena istilah itu lebih bersifat deskriptif. Perilaku spesies-spesifik adalah pola kompleks yang relatif tidak bisa dimodifikasi yang dilakukan oleh binatang spesies dan situasi apapun. Tetapi muncul kontroversi apakah perilaku spesies-spesifiksepenuhnya ditentukan oleh bawaan organisme ataukah dibantu melalui proses bealajar. Sebagai contoh burung yang terbang mereka dapat langsung terbang ataukah belajar terbang lebih dahulu? Namun ada beberapa contoh yang menunjukan perilaku kompleks yang jelas-jelas tidak dipengaruhi oleh belajar. Misalnya tupai yang mengubur kacang dalam tanah dan lain-lain. Riset lainnya mendukung pendapat bahwa perilaku spesies-spesifik adalah dipelajari sekaligus bawaan. (Hess, 1958; Lorentz, 1952, 1965, 1970; Thorpe, 1963).
Pembentukan keterikatan antara organisme dengan objek environmental dinamakan imprinting (penanaman) yang diketahui hanay terjadi pada satu critical period (periode kritis). Melalui imprinting kita tahu ada kombinasi anatara perilaku hasil belajar dan naluriah. Studi tentang imprinting menimbulkan pertanyaan. Jika satu organisme melakukan satu pola tindakan yang kompleks namun bukan berasal dari pengalaman, maka tindakan itu tidak bisa dikatakan sebagai perilaku yang dipelajari.
Apakah Belajar Berasal dari Jenis Pengalaman Spesifik?
Belajar berasal dari praktik yang dioerkuat. (Kimble, 1961) Pada poin ini, ada perbedaan pendapat di kalangan ahli teori belajar. Dalam satu pengertian, buku ini adalah usah untuk mengulas berbagai macam interpretasi sifat sifat dan arti penting dari penguatan. Krenanya, subyek inilah yang akan sering kita jumpai.
Definisi Belajar yang Dimodifikasi
Belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman lain dan tidak bisa dinisbabkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan. Definisi ini menekankan pentingnya pengalaman, juga mengingatkan kita bahwa pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bukan tindak belajar yang bisa memodifikasi perilaku. Keletihan adalh satu contohnya.
APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA JENIS-JENIS BELAJAR?
Belajar adalah istilah umum yang mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang bearsal dari pengalaman. Akn tetapi, conditioning adalah istilah yang spesifik yang dipakai untuk mendeskripsikan prosedur aktual yang dapat memodifikasikan perilaku. Ada 2 enis conditioning/pengkondisian.
Pengkondisian Klasik
Ringkasan pengkondisisan sebagai berikut:
1.      Stimulus yang menyebabkan reaksi natural yang dinamakan unconditional stimulus (US). Reaksi natural dan otomatis terhadap US ini dinamakan unconditional response(UR).
2.      Suatu stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR), seperti cahaya. Stimulus netral ini dinamakan conditioned stimulus (CS).
3.      Setelah CS dan US dipasangkan beberapa kali dengan CS selalu mendahului US, kemudian disajikan CS saja.
Pengkondisian Instrumental
Dalam pengkondisian instrumental organisme harus bertindak dengan cara tertentu sebelum perilaku diperkuat, yakni penguatan penguatan bergantung pada organisme. Percobaaan kecil yang dinamakan Skinner box sering digunakan untuk menunjukkan pengkondisian ini. Kotak itu adalah sangkar plexigas dengan lantai. Jenis khusus dari pengkondisian ini antara lain adalah pengkondisian pelarian dan pengindaran.
Teoritisi menyadari bahwa membatsi diri pada riset pengkondisian instrumental dan klasik saja tidak akan membuat mereka memahami area penglaman manusia yang jauh lebih luas. Adalah lebih realistis untuk mengasumsikan ada 8 jenis tindak belajar. Itu menurut Gagne, yang percay bahwa jenis belajar ini tersususn dalam heirarki, dimana satu jenis belajar merupakan persyaratan untuk jenis selanjutnya. Jadi menurutnya, pengkondisian sederhana hanya menyediakan basis untuk jenis belajar yang lebih maju.
BELAJAR DAN SURVIVAL
Tubuh kita mengembangkan kapasitas untuk merespons secar otomatis beberapa kebutuhan tertentu. Misalnya bernafas, dan jika suhu tubuh terlalu tinggi atau rendah, tubuh akan segera menyeuaikan. Penyesuaian ini dinamaka homeostatic mechanism. Meskipun mekanisme ini jelas penting bagi survival namau tidak akan bertahan lama jika hanya bergantung padanya untuk memnuhi kebutuhan kita.
Proses belajar ini memungkinkan organisme menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Secar umum melalui pengkondisian klasiklah kita dapat mempelajari objek lingkungan mana yang kondusif bagi survival dan mana yang tidak. Nilai adaptif dari pengkondisian klasik ditunjukkan oleh fakta bahwa biasanya membutuhkan beberapa pasangan antara CS dan US sebelum pengkondisian klasik terjadi.
Apabila kita menganggapp pengkondisian Palovial sebagai semacam analis prediktif, kita bahkan bisa melihat manfaat dalam fakta bahwa pengkondisisan ini membutuhkan sejumlah perpaduan CS-US sebelum terbentuk asosiasi. Misalkan kita belajar sesuatu setelah satu pasang CS dan US terjadi. Jika kita melakukannya, stimlus yang secara insidental telah terjadi lebih dahulu, misalnya setrum listrik, akan menghasilkan ketakutan yang terkondisikan. Karena selalu ada beberapa stimulus di suatu tempat saat terjadi setrum (kejadian buruk), kita mungkin akan berjalan di tempat itu dengan rasa takut. Akan tetapi, jika pengkondisian membutuhkan pasangan yang lebih banyak (multiple), maka kemungkinan munculnya rasa takut dan maladitif ini akan hilang. (Scwartz, Wasserman, dan Robbins; h. 71)
UNTUK APA MENGKAJI PROSES BELAJAR?
Pemahaman tentang proses belajar akan membantu menambah wawasan kita bukan hanya tentang perilaku normal dan perilaku abnormal. Ada hubungan erat antara prinsip belajar dengan praktik pendidikan. Penggunaan proses belajar terprogram mesin pembelajaran, dan instruksi dengan bantuan komputer adalah contoh dari bagaimana riset tentang bagaimana proses pembelajaran bisa berpengaruh terhadap praktik pengajaran. Disimpulkan bahwa setelah pengetahuan tetntang proses belajar semakin bertambah, praktik pendidikan akan semakin efisien dan efektif.
STUDI SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
Apakah Ilmu Pengetahuan (Sains) itu?
Ilmu pengetahuan (science) mengombinasikan tentang dua pandangan kuno tentang asal usul pengetahuan. Salah satunya yang dinamakan rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme menyatakan bahwa seseorang mendapatpenegtahuan dengan cara berfikir, atau bernalar. Sedangkan empirisme menyatakan bahwa pengalaman indrawi adalah basis dari semua pengetahuan. Ilmu pengetahuan mengombinasi dua pikiran tersebut karena menghasilkan perangkat epistemologis yang kuat. (Hergenhahn dan Olson).
Aspek-aspek Teori
Dalam dunia ilmiah, empirisme dan rasionalisme menaytu dalam scientific theory. (Hergenhahn & Olson, 2003, h. 11) Teori ilmiah engandung aspek penting. Pertama, sebuah teori memiliki aspek formal yang mencangkup kat dan simbol dalam yang ada dalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki aspek empiris yang mengandung peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan.
Namun perlu diingat, bahwa betapapun abstrak dan kompleksnya sebuah teori ia akan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa fisik yang diamati. Kaidah ilmiah dapat didefinisikan sebagai hubungan antar dua atau lebih kelompok kejadian yang terlihat. Semua ilmu pengetahuan berusaha menangkap kaidah atau hukum tersebut.
Dari Riset Hingga Teori
Untuk contoh umum dari teori dalam psikologi kita dapat merujuk ke riset yang meneliti hubungan antara penyingkiran makanan dan tingkat belajar, dengan makanan sebagai penguat. Dalam kasus ini tingkat belajar akan diindeks dengan jumlah pecobaan yang diberikan kepada hewan untuk beajar.
Walaupun tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati antaarkejadian) penelitian ilmiah tak cukup hanya mengamati dan mencatat banyak hubungan empiris. Ilmuan biasanya memahami suatu hukum yang mereka temukan artinya mereka mengelompokkan secara koheren. Pengelompokkan ini memeliki dua fungsi yakni pertama synthesizing function yang berusaha menjelaskan secara sistematis sejumlah observasi. Kedua, heuristic function yang menunjukkan jaan riset selanjutnya.
Teori sebagai Alat
Karena teori hanya sebauah alat riset maka ia tidak dapat dikatakan bahwa ia benar atau tidak, bisa dikatakan berguna atau tidak berguna. Jika sebuah teori menjelaskan berbagai observasi dan jika teori itu memicu riset lanjutan maka teori itu bagus. Sehingga jika hipotesis yang dihasilkan dari teori itu diterima maka teori itu kuat. Namun sebaliknya jika ditolak maka teori tersebut harus direvisi ulang atau bahkan ditinggalkan. Apakah nantinya teori itu diterima, direvisi atau ditinggalkan, ditentukan dari hasil riset empiris yang dipicu oleh teori tersebut. Jadi kita melihat bahwa teori harus terus menerus menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.
Prinsip Persimoni
Salah satu karakteristik dari ilmu pengetahuan adalah ia hanya berhubungan dengan pernyataan yang secara prinsip dapat diverifikasi. Karakteristik lain yaitu ia mengikuti prinsiple of parsimony. Prinsip ini menyataka bahwa ketika dua teori yang sama efektifnya dapat menjelaskan fenomena yang sama, tetapi salah satu penjealasannya adalah lebih sederhana dan yang satunya lebih kompleks, maka kita harus menggunakan penjelasan yang lebih sederhana.
EKSPERIMEN BELAJAR
Setiap eksperimen melibatkan sesuatu yang perubahannya diukur, yakni dependent variable dan sesuatu yang dikontrol oleh eksperimenter, yakni independent variable. Tingkat belajar didefinisikan secara operasional. Dalam eksperimen belajar, definisi opersionalnya mengindikasikan jenis perilaku yang akan dipakai untuk membuat indeks belajar.
Keputusan Arbiter dalam Menentukan Eksperimen Belajar.
Aspek Apa dari Proses Belajar yang Harus Diteliti?Seseorang dapat mengkaji tindak belajar dalam laboratorium atau mengamati proses belajar atau mengamati proses belajar di kelas melalui observasi. Meskipun teori belajar bertujaun menentukan kondisi-kondisi tempat proses beajar berlangsung, pemilihan kondisi yang akan diinvestigasi akan ditentukan sendiri oleh eksperimenter.
Teknik Ideografis vs. Nemotetis. Haruskah periset secar intensif mempelajari proses belajar dari suatu eksperimen di dalam bebgai situasi (teknik ideografis) ataukah mereka haus menggunakan kelompok subjek eksperimental dan meneliti performa rata-rata mereka (nemotetsi teknik)? Meskiun berbeda kedua teknik itu diakui luas dan menghasilkan informasi yang signifikan tentang proses belajar.
Subjek Manusia vs. Subjek Hewan Nonmanusia. Ada banyak alasan mengapa periset memilih menggunakan nonmanusia meski pilihan ini menemui sejumlah kesulitan. Pertama, pemgalaman manusia sebelumnya bisa mempengaruhi kajian mengenai proses belajar. Kedua, eksperimen yang berlangsung lama menimbulkan kebosanan. Ketiga, beberapa eksperimen didesain untuk menguji efek dari genetika terhadap kemampuan belaja. Dengan menggunakan subjek nonmanusia, latar belakang dari subjek tersebut dapat dimanipulasi secar sistematis.
Teknik Korelasi vs. Teknik Eksperimental
Mengkorelasikan belajar dengan kecerdasan, langkah ini mengkorelasika satu respon, hubungan yang dihasilkan disebut R-R (hukum respon-respon). Hukum R-R adalah korelasional karena ia mendeskripsikan bagaiman dua kejadian behavioral bervariasi bersama-sama. Lainnya mungkin menggunakan teknik eksperimental. Teknik ini secara sistematis memvarisaikan satu lebih kejadian lingkungan dan mencatat efek pada variabel terikat.
Variabel Bebas (Independen) Mana yang Harus Dikaji? Jika belajar secara operasional didefinisikan sebagai : “trials to criterion” maka ini yang akan diukur dalam eksperiimen. Kemudian periset hat=rus mengajukan pertanyaan “Apa variabel yang mungkin mempengaruuhi perilaku yang sedang diteliti?”
Seberapa Banyak Level Bebas yang Akan Diteliti? Setelah satu atau lebih variabel bebas dipilih, periset harus menentukan berapa banyak level variabel bebas yang mesti direpresentatifkan dalam eksperimen.
Memilih Variabel Bebas. Variabel bebas yang umum dalam eksperimen belajar antara lain:
Skor atau nilai tes/ujian           
Trials to criterion
Trials to extinction
Latensi
Kecepatan lari
Probabilitas respon
Tingkat respons          
Jumlah kesalahan
Waktu untuk menemukan solusi
Besaran respon
Analis dan Interpretasi Data. Setelah eksperimen didesain, dilaksanakan dan dianalisi, ia harus diniterpretasikan. Banyak cara interpretasi data dalam eksperimen, namun sulit menentukan mana yang terbaik. Dimungkinkan bahwa sudah mengikuti prosedur ilmiah, interpretasi atas data itu bisa saja tidak memadai.
Perlu dicatat, bahwa mwskipun kita mengatakan bahwa keputusan diambil secara arbiter, namun itu hanya dalam pengertian bahwa ada swjumlah cara menata eksperimen dalam area tertentu. Faktor yang menentukan ini yakni seperti biaya, alasan kepraktisan, orientasi teoritis, perhatian sosial, dan ketersediaan perangkat riset.
PENGGUNAAN MODEL
Random House Dictionary of the English Language mendefinisikan analogi sebagai kemiripan parsial antara ciri-ciri yang serupa dari dua hal, yang bisa dijadikan dasar perbandingan.
Berbeda dengan teori, sebuah model biasanya tidak dipakai untuk menjelaskan masalah rumi, model dipakai untuk menunjukkan bagaimana sesuatu itu seperti yang lain. Tetapi penguatan, misalnya adalah usaha untuk menerangkan mengapa proses belajar terjadi. Namun, beberda dengan model, teori tidak menjelaskan seperti apa belajar itu?
BELAJAR DALAM LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI NATURALISTIS
Ingat bahwa ilmu pengetahuan berurusan dengan pernyataan yang diverifikasi melalui eksperimen. Beberapa dengan observasi naturalis, dimana periset tidak punya kontrol atas hal-hal yang sedang diamati, sebuah eksperimen didefinisikan sebagai observasi terkontrol.Keuntungannya aalah eksperimenter dapat mengontrol situasi bisa mengontrol secar sistematis sejumlah kondisi yang berbeda efeknya terhadap belajar. Kekurangannya adalah laboratorium menciptakan situasi artifisial yang sangat berbeda dengan situasi yang terjadi secara alamiah.
PANDANGAN KUHN TENTANG BAGAIMANA ILMU PENGETAHUAN BERUABAH
Dalam buku The Structure of Scientific Revolution (1973) Thomas Kuhn (1922-1996) menyajikan pandangan yang berbeda mengenai ilmu pengetahuan.Menurutya, ilmuan yang bekerja di bidang tertentu biasanya menrima sudut pandang tertentu tentang apa-apa yang dipelajari. Kuhn menyebut sudut pandang yang dianut bersam sejumlah ilmuan ini sebagai paradigma yang menyediakan kerangka umum untuk riset empiris dan biasanya tidak sekadar teori belaka.
Aktivitas ilmuan yang menerima paradigma tertentu dalah mengolaborasikan dan memverifikasi implikasi dari kerangka yang dipakai untuk sebuah subjek yang diteliti. Denagn kat lain, sebuah paradigma adalah cara memandang suatu objek yang menjelaskan problem tertentu dan menunjukkan cara penyelesaiannya. Lalu bagaimana paradigma itu bisa muncul? Menurut Kuhn, inovasi dalam ilmu pengetahuan terjadi jika ilmuan yang mengikuti paradigma terus menerus berhadapan dengan kejadian yang tidak sesuai dengan sudut pandang yang dianut.
PANDANGAN POPPER TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Menurut Karl Popper (1902-1994) aktivitas ilmuan ilmuan tidak berawal dari observasi empiris, namun ia berasal dari adanya problem. Menurutnya problem akan menemukan observai mana yang akan dilakukan oleh ilmuan. Langkah selanjutnya menurut Popper adalah mengajukan solusi persoalan. Teori ilmuan adalah usulan solusi atas problem. Popper bahkan mengkritik sejumlah teori karena tidak melewati tes falsifikasi. Teori Freud misalnya, tidak memberiakn prediksi berisiko.
Kuhn vs. Popper
Menurut Popper apa yang disebut Kuhn sebagai ilmu normal bukan ilmu pengetahuan sama sekali. Namun Popper, keyakinan subyektif yang menurut Kuhn menghubungkan ilmuan dengan suatu paradigma akan menghambat penyelesaian masalah secar efektif. Kuhn menekankan faktor sosiologis dan osikologis, sedangkan analisa Popper menekankan penolakan logis atas solusi problem yang diusulkan. Namun, apakah analisa dari keduanya adalah benar? Robinson (1986) menujukkan bahwa keduanya bisa saja benar dan sepakat: ”Dalam rangka mendamaikan perbedaan kita bisa menunjukkan bahwa perselisihan utama antar Kuhn dan Popper akan hiang apabila kita memandang Kuhn mendeskripsikan apa itu ilmu pengetahuan secar historis, dan memandang Popper menegaskan seperti apakah itu ilmu pengetahuan itu seharusnya”. (h. 24)

Bab 3
Gagasan Awal tentang Belajar
ENTIMOLOGI DAN TEORI BELAJAR
E
ntimologi adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat pengetahuan. Pandangan Plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah mempengaruhi filsafat hingga sekarang. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah warisan dan merupakan komponen natural dari manusia. Menurutnya seseorang mendapat pengetahuan dengan merenungi isi pikiran seseorang. Sedangkan Aristoteles percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi yang tidak diwariskan.
Filsafat plato dan Aristoteles menunjukkan kesulitan dalam penggunaan istilah seperti rasionalis, nativis, dan empirisis. Ketiga label ini bisa secara akurat diterapkan untuk semua filsuf yang berhubungan dengan persoalansejarah teori belajar. Menurut Plato pencairan atau kesadaran akan pengetahuan batin sering dipicu oleh pengalaman indrawi.
Plato (427-347 SM)
Adalah murid Socrates (filsuf Yunani Kuno). Plato menyusun teori pengetahuan berdasarkan gagasan Pythagorean bahwa hal-hal abstrak memiliki eksistensi tersendiri dan berpengaruh.
Teori Pengetahuan Kenangan
Menurut Plato setiap objek di dunia memiliki ide atau bentuk abstrak yang menyebabkannya. Plato mengatakan bahwa kita mengalami dengan mata pikiran dan mengalihkan pikiran ke dalam dan merenungi apa-apa yang ada di dalam diri kita. Semua pikiran manusia mengandung pikiran dan pengetahuan yang lengkap tentang semua ide yang membentuk dunia.
Bagaimana seorang dapat memengaruhi pengetahuan tentang ide? Disini Plato menjadi mistis. Semua manusia memiliki jiwa. Menurutnya, jika manusia menerima apa-apa yang mereka alami lewat indera sebagai kebenaran, mereka hanya akan dampai pada opini atau ketidaktahuan.
Seperti yang telah kita lihat, Plato adalah naticis karena menganggap pengetahuan ini hanya dapat diketahui melalui pikiran atau penalaran.
ARISTOTELES (384-322 SM)
Adalah salah satu murid Plato, pada awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda pemikiran. Perbedaan dasar ini adalah dalam sikap mereka terhadap informasi indrawi. Bagi Plato itu adalah halangan dan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipercaya. Namun, Aristoteles menganggap informasI adalah basis dari sebuah informasi.
Dia menganggap bahwa kesan indrawi adalah awal daei pengetahuan-pikiran kemudian harus merenungi kesan ini untuk menemukan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Ada dua perbedaan utama antara teori pengetahuan Plato dengan Aristoteles. Pertama, hukum, bentuk atau alam yang dikaji Aristoteles dianggap tidak memiliki eksistensi yang independen seperti yang diasunsikan Plato.
Dalam menjelaskan teori pengetahuan empiristik ini Aristoteles merumuskan law of association. Dia mengatakan bahwa pengalaman cenderung menimbulkan ingatan akan hal-hal yang pada awalnya dialami bersama dengan objek tersebut. Aristoteles juga memberikan beberapa kontribusi bagi psikolog. Dia menulis sejarah psikologi yang diberi judul De Anima. Dia menulis tentang indera manusia.
AWAL PSIKOLOGI MODERN
Rasa Descartes (1596-1650) mangkaji penelitian filsafat dengan sikap ragu. "Saya bisa meragukan segalanya, kecuali satu hal yakni fakta bahwa saya itu ragu. Namun ketika saya ragu, saraguya berpikir dan saat saya berpikir saya pasti adada." Dari sini kemudian berusaha membuktikan eksistensi Tuhan. Descartes kemudian mempostulatkan pemisahan antara pikiran dan tubuh. Dia memandang tubuh manusia sebagai mesin yang geraknya dapat diprediksi. Dengan membandingkan tubuh manusia dengan mesin Descartes menjadikan tubuh dapat diakses untuk studi ilmiah.
Thomas Hobbes (1588-1679) menetang gagasan bahwa ide bawaan adalah sumber pengetahuapengetahuan. Dia berpendapat bahwa kesan indera adalah sumber dari semua pengetahuan. Dengan keyakinan ini, Hobbes membuka kembali mazhab filsafat empirisme dan asosiasionisme. Dia percaya bahwa stimuli dapat membantu atau menghambat fungsi vital dari tubuh yang membantu pelaksanaan fungsi vital tubuh akan menyebabkan perasaan senang.
John Locke (1632-1704) menentang ide-ide bawaan. Menurutnya pikirsn terdiru dsri ide, dan ide datang dari pengalaman. Dia menunjukkan bahwa ide adalah bawaan, mska orang dimana-mana akan memilikinya namun nyatanya tidak.
Meskipun Locke tidak menggunakan istilah dengan cara seperti itu, namun kualitas primer sering dipakai untuk menyebut objek fisik dan kuitas sekunder dipakai untuk setiap pengalaman psikologis yang tidak punya padanan pasti dalam dunia fisik.
George Berkeley (1685-1753) mengkliam bahwa Locke tidak melangkah cukup jauh. Masih ada semacam dualisme pandangan dalam pandangan Locke yang mengatakan bahwa objek fisik menimbulkan ide-ide tentang objek tersebut. Dia berpendapat bahwa ada dunia empiris dan kita punya ide itu. Dia mengklaim bahwa kita hanya bisa merasakan kualitas sekunder.
David Hume (1711-1776) mengemukakan argumen selangkah lebih maju. Meskipun sepakat dengan Berkeley bahwa kita tak bisa merasa pasti tentang lingkungan fisik, ia menambahkan bahwa kita tidak tahu juga tentang pastinya ide. Menurut Hume, tak lebih dari arus ide, memori imsjinasi, asosiasi, dan perasaan.
Immanuel Kant (1724-1804) mengatakan bahwa Hue telah mendasarkannya dari kepastian dogmatik dan menyebabkannya berusaha menyelamatkan filsafat dari skeptisisme Hume. Kant berusaha mengoreksi ciri-ciri nonpraktis dari rasionalisme dan empirisisme.
Kant menganggap bahwa analisis yang cermat terhadap pengalaman akan mengungkapkan kategorI pemikiran tertentu. Kant menunjukkan bahwa kita memandang punya gagasan seperti kualitas, kesatuan, dan totalitas, namun kita tidak pernah sperti yang dikatakan Hume mengalami hal-hal ini secara empiris.
John Stuart Mill (1806-1873) terganggu oleh pendapat dari asosiasionis awal seperti Hobbies dan Locke yang mengatakan bahwa ide-ide kompleks tak lain adalah kombinasi dari ide sederhana. Mill memodifikasi pebdapat empiris bahwa senua ide meredfleksikan stimulasi indrawi.
PENGARUH HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Reid (1710-1796) menentang elementisme dari empirisis, namun tangannya mengambil bentuk yang berbeda dengan penentangan John Stuart Mill. Reid percaya pikiran memiliki kekuatan sendiri, yang sangat memengaruhi cara kita memandang   dunia. Dia mengemukakan 27 fakultas pikiran yang kebanyakan diantaranya adalah bawaan. Reid berpendapat bahwa Home yang mengatakan bahwa yidak dapat mengetahui apa pun secara langsung tentang dunia fisik adalah pandangan yang menggelikan.
Frans Joseph Gall (1758-1828) membawa psikologi fakultas beberapa langkah lebih jauh. Belajar menurut mereka berartuberarti memperkuat fakultas pikiran dengan melatih bakat-bakat yang diasosiasikan dengannya. Keyakinan bahwa pelajaran tertentu akan memperkuat fakultas tertentu dinamakan formal discipline yakni sebuah konsep yang menyediakan jawaban bagaimana belajar ditransfer dari situasi ke situasi lain.
Herman Ebbinghaus (1850-1909) telah membebaskan psikologi dari filsafat dengan menunjukkan bahwa proses mental yang lebih tinggi dari belajar dan memori dapat ditelitI secara eksperimental. Dia menemukan bahwa setelah jumlah suku kata yang dikuasai bertambah banyak dibutuhkan waktu yang lebih lama.

MAZHAB PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab psikologi pertama dan aliran ini didirikan oleh Wilhelm Maximilian Wundt (1832-1920). Tujuannya mempelajaru kesadaran sebagaimana ia dialami secara langsung dan mempelajari produk dari kesadaran seperti beberapa pendapat kultural.
Namun menurut Wundt psikologi eksperimental terbatas kegunaannya dalam mempelajari pijiran manusia.
Strukturalisme
Edward Titchener (1867-1927) mendiriksn aliran ini dengan melakukan studi sistematis atas kesadaran manusia dan mencari unsur pemikiran. Seperi aliran Voluntarisme aliran ini sama-sama mencari elemen pemikiran.
Sebagai aliran psikologi strukturalisme berumur pendek dan mati. Banyak alasan mengapa aliran ini dalam psikologi mati, namun yang uta mungkin adalah makin populernya fungsionalisme.
Fungsionalisme
Digagas oleh William James (1842-1910) dalam bukunya yang berjudul The prinsiple of Psikology. Selain James ada dua anggota gerakan fungsionalis yang berpengaruh yakni John Dewey (1859-1952) dan James R. Angell (1869-1949)
Behaviorisme
Didirikan oleh John B. Watson (1878-1958) yang mengatakan bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses introspeksi sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Karena kesadaran tidak kesadaran tidak bisa dipelajari secara realibel. Behaviorisme tidak dapat menemukan kesadaran dalam tabng uji ilmu pengetahuannya. Dia tidak menemukan bukti adanya arus kesadaran, bakan bukti dari apa yang dikatakakn secara meyakinkan oleh William James. Teatp dia menemukan bukti yang meyakinkan dari aliran perilau. (h. 26)

Bab 4
Edward Lee Thorndike
L
ahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putera kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia mengatakan bahwa belum pernah mendengar atau melihat kata psikologi sampai ia masuk di Wesleyan Univeersity. Pada saat itu dia membaca karya William James, Prinsiple of Psychology (1890) yang amat tertarik dengannya.
RISET HEWAN SEBELUM THORNDIKE
Pendapat Descartes bahwa tidak ada manusia dan binatang berfungsi berdasarkan prinsip mekanis yang sama tidak banyak menimbulkan penelitian anatomis terhadap binatang.
Dalam usaha mendeskripsikan perilaku binatang secar objektif, Cowny Lloyd Morgan (1842-1936) memberi nasihat kepada periset hewan dalam bukunya An Introductium to Comparative Psychology (1891). Nasihat itu dikenal sebagi Morgan’s Canon yang berbunyi: “I’m no case may we interpret an action as the outcome of the exercise of a higher psychial faculty, if it can be interpreted as the outcome the exercise of one which stands lower in psycho-logical scale”. (h. 53)
Margaret Floy Washburn (1871-1939) membawa studi nonmanusia selangkah lebih dekat ke laboratprium. Washburn mengkaji eksperimen indera perseptual dan mengambil kesimpulan tentang kesadran berdasarkan hasil studi ini.
KONSEP TEORITIS UTAMA
Koneksionisme
Thorndike menyebutkan asosiasi antara kesan dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Dia cukup berbeda dan dapat dianggap sebagai teori modern pertama
Pemilihan dan Pengaitan
Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses adalah trials-and-errors learning atau yang sering disebut sebagai selecting and connecting.
Thorndike mentebut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagau funfsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem. setiap kesempatan adalah coba-coba, dan upaya upaya percobaan berhentuberhenti saat hewan menemukan solusi yang benar.
Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam (Insightful)
Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat instrumental bukan insightful. Dengan kata lain belajar dapat dilakukan dalam lanfkah kecil secara sistematis, bukan langsung melompat ke lengertian yang mendalam.
Belajar tidak dimediasi oleh ide
Berdasarkan riset yang dibuatnya, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Thorndike menolak campur tangan nalar dandalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan pengautan dalam bajar.
Thorndike Sebelum 1930
Hukum Kesiapan
Law of readiness yang dikemukakan Thorndike mengandung tiga bagian yakni, pertama apabila sesuatu kondisi siap menyalurkan maka penyaluran dengannya akan memuaskan. Kedua, apabika konduksi siap untik menyalurkan maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan. Ketiga, apabila konduksi belum siap untuk penyaluran dan dipaksa untuk menyalurkan maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Secara umum dikatakan bahwa mengunterbensi perilaku yang bertujuan akan menyebabkan frustasi, dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan.
Hukum Latihan
Teori Thorndike mencangkup hukum latihan ini twrdiri dari dua bagian yaitu pertama koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Kedua koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika okatan neural tidak dipakai.
Law Effect
adalah penguatan atau pelemahab dari suatu koneksi antara stimulus dan respon sebagau akibat dari konsekuensi daru respon. Hukum ini berbeda jauh dengan teori asosiasionistik tradisional yang mengklaim bahwa frekuensi kejadian atau kontinuitas merupakan penentu kekuatan asosiasi.
Konsep Seminder Sebelum 1930
Respon Berganda
Menurut Thorndike adalah langkah pertama dalam semua proses belajar. Respon ini mengacu pada fakta bahwa jika respon pertama tidak memecahkan problem maka kita akan mencoba respon lain. Menurutnya banyak proses belajar bergantung pada fakta bahwa organisme cenderung tetap aktif sampai tercipta satu respon yang memecahkan problem yang dihadapinya.
Prapotensi Elemen
Adalah apa yang oleh Thorndike dinamakan "aktivitas parsial dari suatu situasi." Ini mengacu pada fakta bahwa hanya beberapa elemen dari situasi yang akan mengatur perilaku.
Thorndike mengakui kompleksitas lingkungan dan menyimpulkan bahwa kita merespon secara selektif terhadap aspek lingkungan. Karenanya, cara kita merespon terhadap situasi akan bergantung pada apa yang kita perhatikan dan respon apa yang kita berikan untuk apa yang kita perhatikan.
Respon dengan Analogi
Apa yang menentukan cara kita merespon suatu situasi yang belum pernah kita jumpai sebelumnta? Jawaban Thorndike adalah respon dengan analogi yaitu kita meresponnya dengan cara seperti kita merespon situasi yang mirip sepertI yang pernah dijumpai. Thorndike mengemukakan sesuatu yang oleh banyak orang dianggap sebagai tituk lenah, yakni fakta bahwa kita merespon situasi baru secar lancar, sebagai bukti yang mendukung teorinya.
Pergeseran Asosiatif
Terkait dengan teori Thorndike tentang elemen identik dengan training transfer. Prosedur untuk menunjukkan pergeseran asosiatif dimulai dengan koneksi antara satu situasi tertentu dan satu respon tertentu.
Asosiasi bergeser daru satu stimulus ke stimulus lain karena prosedur itu memberi cukup rlemen dari situasi sebelumnya untuk menjamin munculnya respon yang sama terhadap stimulus yang baru.
Thorndike pasca 1930
Revisi Hukum Latihan
Thorndike secara esensial menarik kembali hukum penggunaan atau latihan yang menyatakan bahwa repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi, ternyata tidak akurat.
Revisi Hukum Efek
Hukum ini separuh benar, separuh dari yang benar itu adalah bahwa sebuah respon yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat. Sedangan separuhnya, dia menemukan bahwa menghukum suatu respon ternyata tidak ada efeknya terhadap koneksi.
Belongingness
Thorndike mengamati bahwa dalam proses belajar asosiasi ada faktor selain kontinyuitas dan hukum efek. Jika elemen itu dimiliki bersama asosiasi yang dpelajari akan mudah di pertahankan.
Thorndike juga mengaitkan gagasan tentang reaksi yang menginformasi dengan onsep belongingness. Dia berpendapat bahwa jika ada hubungan natural antara keadaan yang dibutuhkan organisme dan efek yang ditimbulkannya, maka proses belajar akan lebih efektif.
ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI MANUSIA
Thorndike mendapat kritikan pasalnya ia mengasumsikan determinisme dalam studi perilaku manusia. Para kritikus mengatakan bahwa mereduksi perilaku manusia menjadi reaksi otomatis terhadap lingkungan akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.
PENDIDIKAN MENURUT THORNDIKE
Dia percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Dia berharap, akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktik pengajaran.
EVALUASI TEORI THORNDIKE
Kontribusi
Dengan hukum efeknya, Thorndike adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang terkontrol bahwa konsekuensi dari perilaku akan meghasilkan efek terhadap kekuatan perilaku.
Thorndike adalah orang pertama yang mem pertanyakan asumsi umum tentang praktik pendidikan pada masa itu.
Kritik
Jika probabilitas respon meningkat itu diakatakan karena adanya keadaan yang memuaskan. Penjelasan teori tersebut dianggap tidak memungkinkan untuk diuji karena kejadian yang sama dipakai untuk mendeteksi baik itu proses belajar mauun keadaan memuasakan.
Kedua, terkait dengan cara hubungan S-R diperkuat atau diperlemah. Thorndike mengkayal adanya pemikiran, perencanaan, strategi, dan niat. Demikian pula, niat dan strategi pembelajar dianggap tidak pentting bagi proses belajar.

Bab 8
Edwin Ray Guthrie
KONSEP TEORITIS UTAMA
Saty Hukum Belajar
Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan sebafai penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contiguity yang dinyatakan sebagai berikut: Kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika gerakan itu diulang.
Pendapat Guthrie Bahwa Respon Mengahadirkan Stimuli untuk Respon
Selanjutnya menjadi sangat populer di kalangan teoritisi.
Mengapa praktik Latihan Meningkatkan Perform?
Tindakan biasanya didefinisikan dalam term apa-apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan.
Suatu keterampilan terdiri dari banyak tondakan dan tindakan terdiri dari banyak gerakan. Hubungan antara satu perangkat stimuli dengan gerakan dikaji dalam satu percobaan, namun proses belajar tidak melahirkan mahiran dalam menjalankan suatu keahlian atau keterampilan.

Eksperimen Guthrie-Horton
Secara cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tindak melepaskan diri,dari kotak teka-teki yang dilakukan kucing. Guthrie mengatakan bahwa pintu kotak merupakanperubahan yang mendadak dalam kondisi yang menstimulasi.
Mereka berdua mengamati bahwa sering kali hewan setelah bebeas dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya.
Lupa
Menurut Guthrie lupa dihasilkan oleh munculnya respon alternatif dalam satu pola stimulus. Pola stimulus ini cenderung menghasilkan respon baru. Jadi menurutnya, lupa pasti melibatkan proses belajar baru.
CARA MEMUTUS KEBIASAAN
Kebiasaan adalah respon yang menjadi asosiasi dengan sejumlah besar stimulus. Semakin banyak stimuli yang menimbulkan respon, semakin kuat kebiasaan.
Metode Ambang
Adalah dengan memperkenalkan stimulus lemah yang tidak menimbulkan respon dan kemudian pelan-pelan menaikkan intensitas stimulus itu, tetapi selalu berhati-hati agar  tetap berada di bawah ambang batas respon.
Metode Kelelahan
Contonya adalah gadis kecil membuat orang tuanya kesal karena suka bermain menyalakan korek api. Saran Guthrie adalah membiarkan sampai titik dimana Dia merasa kegiatan tersebut membosankan.
Merode Respon yang Tidak Kompitabel
Dengan metode ini stimuli untuk merespon yangbtidak kompitabel dengan reapon yang tidak diinginkan.
Membelokkan Kebiasaan
Hukuman
Guthrie mengatakan hukuman ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena adanya rasa sakit yang dialami individu, melainkan mengubah cara individu merespon stimuli tertentu.
Dorongan
Merupakan apa yang dikemukakan oleh Guthrie yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai.
Niat
Adalah respon yang dikondisikan ke maintaning stimuli. Respon ini dinamakan niat karena maintaining stimulation dari dorongan berlangsung selama periode tertentu. Jadi sekuensi perilaku yang mendahului respon yang mengurangi dorobgan akan diulang ketika dorongan dengan stimuli terkaitnya.
PENDAPAT GUTHRIE TENTANG PENDIDIKAN
Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan yakni menyatakan respon apa yang harus dibuat untuk suatu stimuli. Guthrie percaya bahwa pendidikan formal seharusnya menyerupai situasi kehidupan nyata semirip mungkin.
Guthrie mendukung program magang atau mentoring dsn mendorong pendekatan pertukaran pelajar untuk memperluas pengalaman belajar.

Teori Gestalt
Setelah J. B. Watson behaviorisme marak dibkalangan psikolog Ameeika dan sejak saat itu kebanyakan teoritisi besar, seperti Guthrie, Skinner, dan Hull menjadi penganut behaviorisme.
Sebuah gerakan Gestalt muncul darmunculi pemikiran Wertheimer ketika sedang naik kereta api menuju Rhineland. Dia memperdalam gagasan yang muncul di kereta itu yakni jika mata melihat stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan, yang oleh Wertheimer dinakan phi phenomenon yang sangat berpengaruh terhadap sejarah psikologi.
KONSEP TEORITIS UTAMA
Teori Medan
Kurt Lewin (1890-1947) salah satu tokoh psikologogi Gestalt awal. Dia mengemukakan bahwa perilaku manusia pada waktu tertentu ditentukan oleh jumlah total dari fakta psikologis pads waktu tertentu. Menurutnya, fakta psikologis adalah segala sesuatu yang didasari manusia, seperti rasa lapar, ingatan masa lalu, memiliki jumlah uang, berada di tempat tertentu atay di depan orang lain.
Nature versus Nurture
Behaviorisis cenderung melihat otak sebagai penerima pasif terhadap sensasi yang gilirannya akan menghasilkan respon. Menurut pendapat ini, otak adalah semacam papan penghubung yang kompleks.
Hukum Pragnanz
Koffka (1963) mendiskripsikan hukum Pragnanz sebagai berikut: "Penataan psikologis selalu baik yang diizinkan oleh lingkungan pengontrolnya." (h. 110).
PRINSIP BELAJAR GESTALT
Belajar menurut Gestaltis adalah kognitif. Organisme mulai terlihat solusi setelah memikirkan problem. Pembelajaran memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan mendapatkannya bersama dalam suatu cara dan kemudia ke cara lain sampai problem terpecahkan.
PENDAPAT PSIKOLOGI GESTALT MENGENAI PENDIDIKAN
Gentaltis berpendspat bahwa problem yang tak selesai skan menimbulkan ambiguitas atau ketidak seimbangan organisasional dalam pikiean siswa, dan ini adalah kondisi yang tidak diinginkan. Ambiguitas dilihat sebagai keadaan negatif yang akan terus ada sampai problem terselesaikan.
Bruner dan Holt penganut gagasan gentaltian berpendapat bahwa belajar adalah adalah memuaskan secara personal dan tidak perlu didorong oleh penguatan eksternal. Ketika hal-hal yang dipelajari telah dipahami, bukan hanya diingat, maka ia dapat dengan mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

Bab 16 Penutup
D
i bab terakhir ini, kita akan membahas tren dalam teori belajar mutakhir. Hampir segala sesuatu yang terjadi dalam teori belajar dewasa ini, dalam berbagai perluasan dari salah satu teori belajar utama yang disajikan dalam buku ini.
TREN TERBARU DALAM TEORI BELAJAR
Setidaknya ada 4 tren utama. Yakni, pertama teori belajar saat ini lebih sederhana cakupannya. Kedua ada penekanan pada neurofisiologi belajarbelajarengenai proses belajar berangkat dari pandangan gerakan behavioristik. Ketiga, proses kognitif seperti pembentukan konsep, pengambilan risiko, dan pemecahan masalh kembali menjadi topik studi yang populer. Keempat, ada peningkatan perhatian terhadap aplikasi prinsip belajar untuk solusi problem praktis.
BEBERAPA PERNYATAAN TENTANG BELAJAR YANG BELUM TERJAWAB
Bagaimana Belajar Bervariasi sebagai Fungsi Pendewasaan?
Apakah Belajar Beegantung pada Penguatan?
Bagaimana Belajar Bervariasi sebagau Fungsi Spesies?
Dapatkah Beberapa Asosiasi Dipelajaru dengan Lebih Mudah Ketimbang Lainnya?
Bagaumana Perilaku yang Dipelajari Berinteraksi dengan Perilaku Instingsif?
Bagaimana Belajar Bervariasi sebagai FungsI dan Karakteristik Personalitas?
Sejauh Mana Belajar adalah Fungsi dari Lingkungan Keseluruhan?
Bagaimana Semua Pertanyaan di Atas Berhubungan dengan Tipe Belajar?
BELUM ADA JAWABAN FINAL TENTANG PROSES BELAJAR

Tidak ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi fakta itu tidak perlu membuat putus asa, sebab dalam sains tidak pernah ada jawaban final. Muncul pertanyaan apa artinya kita yang tertarik mempelajari tentang belajar? Dalam menentukan perilaku manusia tidak ada proses yang lebih penting ketimbang belajar dan jika begitu, maka salah satu upaya yang penting yang bisa dilakukan seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri dari proses belajar itu sendiri.